Nama : Subhan Triwibowo
Kelas : 2 C
NIM : A01001384
KOMUNIKASI ORGANISASI
A. PENGERTIAN
Komunikasi
Organisasi juga dapat
didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi
terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi
Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu
organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis
antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan
B.
GAYA KOMUNIKASI ORGANISASI
Enam gaya komunikasi menurut Steward
L.Tubbs dan Sylvia Moss
1. Gaya komunikasi mengendalikan
Gaya
komunikasi mengendalikan (dalam
bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak
- pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi
justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan
yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan
agar dibicarakan bersama namun
lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The
controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang
lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak
jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.
2. Gaya komunikasi dua arah
Dalam
gaya
komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang
demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah (two-way communication).
Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang
yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan
yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu
organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya
komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill
dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri
nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan
pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan
dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya
komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi
pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan
utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat
yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini
adalah tabel mengenai gaya komunikasi.
C. UNIT KOMUNIKASI ORGANISASI
Unit mendasar komunikasi organisasi
adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan,
menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat
yang sama jabatan tsb dipersonalisasikan, menghasilkan suatu figur atau gambar
yang sesuai dengan keadaan orang tsb.
D. PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI
1. Komunikasi
Internal
a. Komunikasi
vertical
Komunikasi
dari pimpinan ke staff, dan dari staf
ke pimpinan dengan cara timbal balik [two
way traffic communication].
1) "
Downward Communication ! komunikasi
atas ke bawah. Contoh pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman,
rapat, majalah intern
2) "
Upward communication ! dari
bawah ke atas. Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan
b. Komunikasi
horizontal
omunikasi
mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf.
Berlangsung tidak formal, lain dengan komunikasi vertikal yang formal. Komunikasi terjadi tidak dalam suasana kerja ! Employee relation dan sering
timbul rumours, grapevine, gossip
c. Komunikasi
diagonal
Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai
seksi/bagian lain.
2. Komunikasi
Eksternal
a. Komunikasi
dari organisasi kepada khalayak
b. Komunikasi
dari khalayak kepada organisasi
c. Komunikasi Kolaboratif dalam Organisasi Bisnis
E. FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
1.
Saluran komunikasi
formal (SKF)
SKF mempengaruhi efektifitas komunikasi dg 2 cara :
Liputan
sal. Formal makin melebar sesuai dg tumbang organisasi
Contoh
: Komunikasi efektif sulit dicapai dlm
organisasi yg besar dan cabang2nya menyebar
SKF dapat menghambat aliran informasi antar tingkat
organisasi
Contoh
: Penyampaian informasi dari tingkat bawah dapat disampaikan pada petugas
diatasnya, tdk selalu langsung pada manager/direktur
2.
Struktur wewenang
organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dlm
organisasi akan menentukan pihak2 yang berkomunikasi dg seseorang serta isi
& ketepatan komunikasi
3.
Spesialisasi
jabatan
Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan
cenderung berkomunikasi dg istilah, tujuan, waktu dan gaya yang sama
Komunikasi antar kelompok yang berbeda cenderung
terhambat
4.
Pemilikan
informasi
Individu yang mempunyai informasi khusus dan
pengetahuan ttg pekerjaan mereka, contoh : Kepala bidang perawatan, kepala tata
usaha
F. Aspek Komunikasi Dalam Organisasi
5. Aktivitas itu sendiri
a. Siapa saja yang perlu di ikutkan?
b. Setiap berapa periode dilaksanakan?
c. Apa saja yang perlu dipersiapkan
untuk pelaksanaanmeeting?
d. Kondisi apa yang menentukan
diadakannya meeting?
6. Perilaku peserta komunikasi
a. Kata-kata yang digunakan para
peserta?
b. Siapa yang paling banyak bertanya?
c. Bagaimana mereka menggunakan isyarat
non verbal?
7. Sistem aktivitas keseluruhan
a. Metode komunikasi apa yang digunakan
pada kondisi apa?
b. Metode komunikasi apa yang paling
sering digunakan?
c.
Siapa saja yang terlibat?
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar